Skecth

Skecth
By Imalia Din I
            Sketsa ini adalah pergumulan yang terjadi diantara sel abu-abu didalam tempurung kepalaku. Dimana hal-hal yang terlintas dibenak lantas dikelola oleh otak sebagai informasi, mengalami proses saling “bertanya-jawab”, menimbang-nimbang, setuju dan tidak setuju, yang akhirnya keluar sebagai keputusan atau tetap tersimpan sebagai memori yang terpendam. Sketsa ini bukan apa-apa, tidak membahas hal yang penting, hanya sekedar sketsa percakapan yag terjadi dalam dendrit.



Sketsa 1
Politik Came away
A: “kamu mencoba menghindariku ya?”
B: “he.. he.. kamu tuh jangan dihindari. Kamu harus dihadapi.”
A: “Lantas mengapa kamu selalu lari dariku?”
B: “Justru itu, cara terbaik untuk menghadapimu adalah dengan menghindarimu. Itu namanya politik came away!”

Sketsa 2
Khalwat
A: “apa itu khalwat?”
B: “lelaki dan perempuan yang bukan makhramnya bertemu berdua saja di tempat yang sepi, dan yang ketiganya adalah setan”
A:  “bertemu dalam artian fisik?”
B: “yup”
A: “Lantas kalau memakai media bagaimana? Chatting? Telpon? Sms? Berdua saja tanpa didampingi makhrom, mungkin tidak kalau yang ketiganya adalah setan? Karena bisa jadi yang dimaksud menyepi berdua disini juga termasuk dimensi ruang privasi yang diciptakan oleh tekhnologi? Wallahu’alam”
B: (mikir......) 

Sketsa 3
Bahasa Komunikasi
A: “@$#%$^%%%#  *&* (&**^^$   $%#%$^*)()_JHHT&%&^$ GT$%$^^YJH R#%^&*(!!”
B: “Ngomong paan siy? Bisa pakai bahasa manusia?”
A: “logika fuzzy crisp algoritma sorting random FIS ANFIS Model reasoning rule-based, case-based model-based reasoningsingle inheritance multiple inheritance  procedural, object-oriented aspect-oriented paradigm retrieve boolean vector space algoritma stemming lemmatization incidence matrix efisiensi algoritma notasi Big O”.
B: “He..he.. masih lom mudeng, tolong bahasa percakapan biasa jah”
A: “Echte liefhebbers niet graag het beloofde. Maar zodra ze besluiten om iemand te houden, ze maakte onmiddellijk plannen te geven. Na dat ze werkte in stilte en rust om hun plannen te realiseren. Stuk voor stuk geven plan worden gerealiseerd, elk zaad, dat bloeide in het hart van de liefde lijkt Oran ... g van een geliefde. Promise afgegeven hoop. Maar de bevalling vertrouwen
B: “Bahasa Indonesia plis?”
A: “Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati oran...g yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
B: (memegang kepala) “Tolong lebih sederhana lagi”
A: “Aku cinta kamu...”
B: “Masih lom ngarti... ga sah ngomong aja dehhhh!”
A: ........ (bengong)

Sketsa 4
Mencintai dan Dicintai
A: “Lebih baik mencintai orang yang mencintai kita. Daripada mengharap orang yang kita cintai mencintai kita”
B: “Bagaimana kalau yang mencintai kita ada dua?”
A: “mmmmhhhmm......”

Sketsa 5
Lupa dan Ingat
A: “lebih susah mana mengingat atau melupakan?”
B: “tergantung”
A: “maksudnya?”
B: “kalau untuk siswa lebih susah mengingat rumus dan pelajaran daripada melupakannya”
A: (mengangguk-angguk) “trusss...”
B: “tetapi buatku lebih susah melupakan...”
A: “melupakan apa?”
B: “melupakan hutangmu padaku... sini buruan dibayar!”
A: “he...he...”

Sketsa 6
BLUE
A: “apa persamaanya antara laut, gunung, langit dan hatiku?”
B: “apa hubunganya laut, gunung, langit dengan hatimu?”
A: “udah jawab aja dulu”
B: “sama-sama ciptaan Alloh?”
A: “he..he.. kalau itu dah pasti bener, tapi selain itu keempatnya sama-sama BLUE”

Sketsa 7
Ending...
A: “bisa tolongin aku?”
B: “tolong apaan?
A: “aku gi bikin cerpen dah ampir kelar cuman bingung”
B: “bingung kenapa?”
A: ”bingung bagaimana mengakhirinya, selalu begitu, pun dengan yang sebelumnya berhenti ditengah jalan karena ga tahu gimana endingnya. Cuman bisa mulai, ga tahu gimana harus mengakhirinya”
B: “kenapa ga happy ending aja? Kebanyakan juga begitu?”
A: “itu salah satu opsinya, tapi entah ya, ga yakin ajah, pengen yang gak biasa, lebih membekas dan bermakna”
B: “yawdah kalau ga happy ending, pilih aja antara sad ending atau dibikin ngambang alias without ending, bisa juga never ending stories... to be continued terus...”
A: (menimbang-nimbang)....

Sketsa 8
Lanjutan sketsa 2
A: “apa itu khalwat?”
B: “lelaki dan perempuan yang bukan makhramnya bertemu berdua saja di tempat yang sepi, dan yang ketiganya adalah setan”
A:  “bertemu dalam artian fisik?”
B: “yup”
A: “Lantas kalau memakai media bagaimana? Chatting? Telpon? Sms? Berdua saja tanpa didampingi makhrom, mungkin tidak kalau yang ketiganya adalah setan? Karena bisa jadi yang dimaksud menyepi berdua disini juga termasuk dimensi ruang privasi yang diciptakan oleh tekhnologi? Wallahu’alam”
B: (mikir......)
A: “Trus juga apa berarti bahwa ketika kontak melalui media teknologi itu tidak menciptakan ruang privasi berdua saja (ya kalau di YM conference, kalau di FB kontak di wall, etc. Yang notabene bisa diakses oleh semua orang, alias ruang publik) maka bukan kholwat? Wallohu’alam”
B: (masih mikir.....)
A: “Pernah denger istilah ikhtilat elektroniyah?”
B: (tambah mikir.....)

Sketsa 9
Lomba cerpen (lanjutan sketsa 7)
A: “punya cerpen?”
B: “punya, kenapa?”
A: “ada lomba cerpen tingkat Kabupaten, minat ga?”
B: “boleh. Tapi tolong baca dulu cerpenku ya, trus kasih masukan. Soalnya aku selalu punya masalah dengan ending. bingung bagaimana mengakhirinya, selalu begitu, pun dengan yang sebelumnya berhenti ditengah jalan karena ga tahu gimana endingnya. Cuman bisa mulai, ga tahu gimana harus mengakhirinya, yah jadi editorku gitu dehhh”
A:”oke”(beberapa saat setelah membaca cerpennya) “bagian surprisenya dibagian akhir saja, kalau ditengah sudah diberi bocoranya nilai kejutannya berkurang. Terus endingnya dibuat setengah mengambang saja seakan-akan mau happy ending tapi masih berupa harapan akan happy ending. Soalnya akhir yang happy selalu mudah ditebak”
B: “Thank alot for your hand, i don’t know what can i do without you”

Sketsa 10
Lebay
A: “eh tahu nggak ciri-ciri orang lebay?”
B: “yang kayak kamu?”
A: “enak aja, serius niy”
B: “oke dehhh, serius, yang kayak alay itu bukan?”
A: “ya ga salah juga siy jawabanmu, tapi yang kumaksud orang yang suka hiperbol dalam ngegambarin sesuatu”
B: “contohnya?”
A: “contohnya kita ga balas smsnya cuman sekali, tapi nanti bilangnya ’kok smsku GA PERNAH dibales".







Sketsa 11
Kenapa

A: “Kenapa ya slalu muncul masalah yang sama?”
B: “Kenapa ya…”
A: “Kenapa juga slalu orang yang sama?”
B: “Iya kenapa ya…”
A: “Kenapa selalu muncul pertanyaan kenapa?”
B: “Kenapa lagi ya…”
A: “Kenapa cuman diributin? Kenapa gag dilakuin ajah?”
B: “Kenapa ya…”
A: “Tanya kenapa?”
B: “Jawab kenapa?”
A&B: ” huft,,,”

Sketsa 12
Salah Orang

A: “Kamu siapa?”
B: “Aku ya aku, emangnya siapa?”
A: “Ko mirip banget sama seseorang?”
B: “Apanya?”
A: “Statusnya”
B: “Trus masalah bagi loh?”

Sketsa 12
Salah Orang 2

A: “Beneran kowh, kamu siapa?”
B: “Masya Alloh, orang dibilangin ko gag percaya”
A: “Beneran deh mirip banget”
B: “Berarti orang yang dalam kondisi yang sama gag cuma satu orang saja. Makanya jangan merasa paling menderita sendiri, wokeh kancane”

Sketsa 13
Iqro’

Rose are red violet are blue
Just read and you will knew



Sketsa 14
Lebih Mudah Mana?

Lebih mudah mana,,,
Berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam di setiap jalanan
atau memakai sepatu agar kaki kita tidak terluka?

Sketsa 15
Lebih Gampang Mana?

Lebih gampang mana,,,
Berusaha mencegah setiap mulut agar tidak bicara sembarangan
Atau menjaga hati sendiri agar tidak mudah tersinggung?

Sketsa 16
Lebih Enak Mana?

Lebih enak mana,,,
Berusaha mensteril semua tempat agar tak ada kuman
atau memperkuat daya tahan tubuh kita sendiri?

Sketsa 17
Dan yang pasti akan lebih mudah, murah, enak dan gampang melakukan pencegahan daripada pengobatan,,, yakin deh!!!/


Translate