Senin, 23 April 2018

K.A.M.U.



          Mau menuliskan saja tentang kamu, mulai menulis saja dulu adapun alurnya, klimaksnya dan endingnya lihat saja nanti. Sampai pada kalimat ini belum tahu akan jadi seperti apa tulisan ini. Bahkan untuk mampu pun aku tak yakin. Karena hanya satu yang kutahu, it’s a will not a skill, yang menentukan itu kemauan bukan semata kemampuan. Seseorang entah siapa pernah mengatakan berhasil itu 99% kemauan dan 1% kemampuan. Maka yakinku adalah aku mampu menuliskan tentang kamu karena aku mau menuliskan tentang kamu. Let’s see…
          Bisa kita mulai dari siapa sih kamu? Kamu adalah seseorang atau beberapa orang yang sedang berkunjung ke tempat orang lain. Eh, itu tamu ding. Kalau kamu adalah minuman kesehatan dari bahan tradisional yang rasanya biasanya pahit. Eh bukan, itu jamu. Kamu itu adalah kata benda yang terbentuk dari kata kerja yang diakhiri dengan ing. Apaan sih, kenapa jadi sampai membahas gerund? Kejauhan.  Okay, lupakan tentang mendefinisikan kamu, toh aku tidak harus mengerti tentang kamu untuk bisa menuliskan kamu. Aku hanya harus memberanikan diri menuliskan kamu meski aku tak bisa memahamimu. Bisa diterimakah alasanku? Iyakan saja, biar kita bisa melanjutkan pada paragraf berikutnya.
          Here we are, tidak terasa sudah tertuliskan sampai pada paragraf ketiga tulisanku tentang kamu. Normalnya diparagraf ketiga biasanya mulai muncul permasalahan signifikan yang ingin disajikan dalam sebuah tulisan. Dan bagiku yang paling ingin aku perlihatkan tentang kamu adalah bahwa aku sedang menuliskan kamu, iya kamu, bukan kamu, tapi kamu, nah! Kamu!. Paham maksudku? Siapa saja bisa merasa sebagai obyek tulisan ini, tapi yang paling tahu yang sebenarnya hanyalah penulisnya. Maka kamu tetaplah menjadi kamu, kamulah yang menentukan siapa kamu. Karena bagaimanapun aku menuliskan tentang kamu, kamu adalah kata ganti orang kedua tunggal/jamak yang diajak bicara, disapa (dalam ragam akrab atau kasar), nah itu baru benar pengertian kamu menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 
          Dan karena kamu bukan kamu(s) maka jangan pernah mengartikan apa-apa. Tugas untuk menterjemahkan, mengartikan, mendefinisikan sudah dari sejak zaman dahulu kala diemban oleh KAMUS bukan KAMU. So, please STOP mengartikan tulisanku, karena nanti KAMUS jadi tidak ada kerjaan, eh.
          Well,  bagusnya bagaimana ya ending tulisan tidak jelas ini?.  berbicara tentang jelas, jelas mana jelas aku mau menyeduh kopi. Oh itu gelas, maklum kalau keduanya sering bias karena jelas dan gelas (kopi) sama-sama menjernihkan keruhku. Ketemu! Akhirnya setelah meneguk kopiku pagi ini, kutemukan bagaimana mengakhiri tulisan tentang kamu. Ambil hikmahnya saja, iya hikmah dari tulisan ini, dari sekian kata yang berserak menyusun paragraf tentang kamu, ambil yang manfaat dan buang yang tidak memberikan manfaat. Karena  itu inti dari semua ini, jadilah kamu orang yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain. (Tulisan ini untuk kamu, iya kamu, orang yang berdiri dihadapanku tatkala aku tengah bercermin). THE END…


*) Kebiyasaaaaaaannnnn.... kalok abis nulis banyak tulisan serius, nongol tulisan gaje gini.... Demikiyan Arab Maklum
         

          

Translate