Jumat, 11 Maret 2016

Kelas Berubah Jadi Café


          Membaca judul diatas mengingatkan kita tentang berita di kota-kota besar yang sedang “rajin” membangun tata ruang kota yang modern biasanya banyak sekali bangunan-bangunan lama yang digusur untuk dirubah menjadi bangunan baru yang dirasa mempunyai nilai ekonomis lebih? Termasuk bangunan sekolah yang sudah tua dan tidak terpakai akan disulap menjadi bangunan lain, café atau restaurant misalnya. Hal ini lumrah terjadi untuk kemajuan pembangunan dengan mempertimbangkan berbagai segi manfaatnya untuk kepentingan masyarakat Banyak.
          Namun bukan hal itu yang ingin diceritakan disini, melainkan adalah sebuah kreatifitas dari siswa-siswi kelas 5 SD Al Irsyad Al Islamiyyah 01 Purwokerto yang menyulap ruang-ruang kelas yang biasa digunakan untuk pembelajaran sehari-hari menjadi café Banyumasan yang menyediakan makanan dan minuman khas Banyumas. Eit tunggu dulu, jangan salah, kegiatan ini bukan bermaksud ikut-ikutan latah turut meramaikan menjamurnya café dan restaurant di Banyumas akan tetapi merupakan implementasi dari praktik mata pelajaran Budaya Banyumasan yang kebetulan pada Termin 7 Semester 2 ini materinya adalah tentang makanan khas Banyumas.
          Dilaksanakan secara serentak pada hari Sabtu, 5 Maret 2016, siswa-siswi kelas 5 menyajikan makanan khas Banyumas yakni keripik tempe dan lain-lain dan juga meracik minuman special sebagai pelengkap camilan khas Banyumas. Ditengah sejuknya guyuran hujan di kota Banyumas mereka dengan semangat dan ceria meracik dan menyuguhkan tempe keripik sebagai salah satu makanan khas Banyumas. Selain dinikmati bersama teman-teman sekelompoknya, makanan dan minuman khas Banyumas ini juga  disajikan kepada ustadz/ustadzah untuk dinilai dari segi rasa dan juga penyajiannya. Walhasil kegiatan pembelajaran yang dirancang sangat menyenangkan ini selain mencapai kompetensi yang diinginkan juga memunculkan keceriaan di wajah-wajah semua yang terlibat didalamnya.
          Kompetensi yang ingin dicapai adalah siswa jadi mengenal makanan khas daerahnya sehingga bisa turut menjaga dan melestarikannya. Siswa juga memahami bahwa makanan dan minuman khas daerah merupakan khasanah kekayaan bangsa yang wajib dijaga dan dilestarikan keberadaannya, ditengah serbuan aneka macam makanan modern kalau bukan generasi muda penerus bangsa siapa lagi yang akan melakukannya? Aspek lain yang ingin dijangkau adalah melatih dan mengasah soft skill peserta didik untuk mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari terkait dengan meracik dan menyajikan makanan dan minuman yang sederhana. Kegiatan ini dilengkapi dengan materi adab makan dan adab menyajikannya kepada orang lain dengan sopan-santun yang sesuai dengan karakter bangsa dan juga agama.
          Ustadz Honip, S.Pd selaku wakil kepala sekolah level 5 mengatakan, bahwa pembelajaran memang seharusnya dirancang untuk bisa menjangkau berbagai aspek, semakin lengkap jangkauan yang bisa dicakup dalam pembelajaran akan semakin bermakna bagi peserta didik. Jadi tidak hanya aspek akademis saja tetapi juga dilengkapi dengan aspek social, kreatifitas, bersenang-senang, life skill dan sebagainya. Semoga ke depan sekolah-sekolah kita semakin kreatif dalam mengemas kegiatan pembelajarannya. Aamiin. 

@im_a_lia (t)
@lia_imalia (ig)
imelia7@yahoo.co.id
http://imaliadinindriasih.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/imalia.dinindriasih












Bermain Peran: Berperang?









          Terdengar pekik takbir, rentetan peluru serta dentum meriam dari ruang kelas di SD Al Irsyad Al Islamiyyah 01 Purwokerto, tak lama kemudian ada perintah penyerangan dari seseorang yang sepertinya komandan pasukan. Ada apa ya? apakah ada perang dalam kelas tersebut? Mari kita lihat lebih jelas lagi! Oh ternyata siswa-siswi kelas 5 dalam kelas tersebut sedang mensimulasikan drama perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa, salah satu pahlawan bangsa yang sangat besar jasanya bagi Negara kita tercinta ini.
          Kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa-siswi kelas 5 SD Al Irsyad Al Islamiyyah 01 Purwokerto tersebut merupakan kegiatan pembelajaran tematik kurikulum 2013 yang salah satu titik tekan terbesarnya adalah menstimulus secara maksimal seluruh potensi yang ada pada peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran tema 7 semester 2 ini salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni praktik drama. Kemasan bermain peran atau “role play” ini dinilai cukup efektif dalam menanamkan rasa kebangsaan dan menghargai jasa para pahlawan. Karena dengan memerankan langsung tokoh-tokoh didalamnya beserta kejadian-kejadian penting yang dialami tokoh pahlawan tersebut maka nilai-nilai positif dan semangat para pahlawan bangsa dalam membela kebenaran dan keadilan akan lebih kuat tertanam dalam benak peserta didik. Sehingga diharapkan akan terinternalisasi di jiwa-jiwa peserta didik nilai-nilai tersebut untuk kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada saat refleksi kegiatan di akhir pembelajaran,  peserta didik dimintai pendapatnya tentang kegiatan yang baru saja dilakukan, semuanya kompak menjawab “Asyiiiiikkkk!!!...” dan “Lagiiii!!!...”. Ternyata selain tercapainya tujuan pembelajaran juga pembelajaran yang dilaksanakan jadi lebih bermakna. Terbukti pada saat evaluasi peserta didik bisa menjawab semua kompetensi yang ditanyakan karena sudah pernah melakonkan langsung dialog yang diperankan.

          Demikianlah salah satu contoh kemasan pembelajaran di SD Al Irsyad Al Islamiyyah 01 Purwokerto, yang sangan memperhatikan keutuhan aspek yang dibutuhkan oleh peserta didiknya. Ustadz Sudrajat, S.Sos selaku Kepala Sekolah dalam berbagai kesempatan selalu menekankan akan pentingnya inovasi dalam pembelajaran sehingga tujuan pembeljaran yang ingin diraih dapat tercapai dengan baik. Dan arahan dari Kepala Sekolah ini dapat diaplikasikan dengan baik oleh seluruh guru pada umumnya. 

@im_a_lia (t)
@lia_imalia (ig)
imelia7@yahoo.co.id
http://imaliadinindriasih.blogspot.co.id/


Translate