Kamis, 11 November 2010

JUST MY CUP OF TEA

Cruel... Siapa yang kejam ke siapa? Atau apanya yang kejam? Cruel Intentions or cruel destiny? Atau jangan-jangan cruel prejudice? Emang aneh ya, satu kata tanpa penjelasan bisa menimbulkan berbagai kemungkinan maknanya. Pun sebaliknya, berbagai penjelasan yang panjangnya sepanjang lebarnya dan lebarnya selebar panjangnya (terdengar seperti bujur sangkar, tetapi a very huge square), belum tentu bisa merepresentasikan satu makna. Semakin membuktikan keterbatasan kita sebagai manusia. Apa sih yang bisa kita pakai untuk merepresentasikan diri kita? Pikiran kita? Kemauan kita? Perasaan kita? Mungkin itu sebabnya ada kata “klarifikasi” yang merupakan konsep pelurusan dari komunikasi yang bermasalah. Atau entah barangkali juga ada makna lain yang lebih dalam yang melekat pada kata klarifikasi tersebut sampai-sampai agama kita pun menisbatkannya sebagai hal yang ada dalam bermuamalah, “tabayun”. One for a note, tabayun digunakan untuk komunikasi yang bermasalah, akankah sama halnya dengan masalahnya justru muncul kalau berkomunikasi? Wallahu’alam. Sebagai pihak yang tidak berkompeten dengan kata-kata, paling mudah menggunakan kata-kata seperti mungkin, mungkin saja, bisa saja, could be, might be, probably, and soon untuk menebak sedekat mungkin makna kata dari si pemilik kata-kata.

Ternyata seru juga membicarakan topik kata-kata, mungkin ini pulalah yang mengispirasikan sebuah production house untuk memproduseri sebuah kuis “katakan katamu”. Indeed, si “kata” ini bisa di”mainkan”. Sebagaimana dengan kata Cruel... membaca kata ini kok jadi teringat pada film holywood yang masuk nominasi box office bahkan sampai dibuat sekuelnya, yang pertama karakter dari film 1001 Dalmatian, Cruela De Vile, dan satunya lagi Cruel Intentions yang dibintangi oleh Sarah Michelle Gellar. Sayang tidak ada di content listnya thehack3r.com apalagi indowebster, ups jadi ketahuan movie freaker. Hampir-hampir jemari tangan ini tak sanggup ditahan untuk tidak menuliskan sesuatu sebagai komentar atas kata yang terlontar. Atau memang itu maksud dari si empunya kata-kata? just a prediction not for certainly.

Sebelum dilanjutkan “this very me”nya, seperti yang tercantum pada judul, tulisan ini hanya tulisan sambil lalu, sama sekali bukan tulisan yang penting apalagi membahas hal yang penting, sama sekali bukan. Penulis tidak merasa sebagai orang penting, yang harus dipentingkan, hanya saja memang gaya bahasanya dibuat serius, hanya ingin berganti suasana saja, gaya bertutur yang biasa digunakan memang lebih bersifat informal. Tetapi tetap apapun kemasannya yang lebih penting adalah esensinya. Esensi dari tulisan ini adalah “NOTHING”, sama sekali tidak mempunyai esensi apalagi intensi jangan lagi berpikir cruel intensi. Jadi mana yang lebih yang lebih anda sukai? Esensi tulisan yang penting dengan gaya bertutur yang tidak serius atau esensi yang sama sekali tidak penting akan tetapi dikemas dalam cara yang serius? It’s on your hand. Atau type ketiga membahas hal tidak penting dengan cara yang tidak serius? Tidak usah dibahas, tidak penting! Akan tetapi penting bagi penulis untuk menuliskan ini, meski hanya sekedar untuk menulis. Itu yang penting.

Selain makna kata, apa yang dimaksud dengan sebuah kata, harus diperhatikan juga sebab atau alasan munculnya kata tersebut, yang tahu maksud pastinya hanya si pelontar kata tentunya. Baiklah kalau begitu, sampai disini tidak ada yang bisa dilakukan selain menanyakannya pada si pelontar kata. Skip this step, i wont do that, however. Jadi premis yang bisa ditarik adalah pertama bahwa kata-kata itu mengandung makna, kedua bahwa kata dilontarkan mempunyai maksud, ketiga maksud si pelontar kata bisa jadi berbeda ditangkap maksudnya oleh orang lain yang membacanya (dalam konteks ini karena kata-kata itu berupa tulisan), keempat sebaiknya jika kata-kata tersebut ditujukan kepada seseorang hendaknya disertai penjelasan agar jernih sejernih air telaga dan terang seterang sinar matahari siang yang tidak tertutup awan. sebelum dilanjut ke pembahasan tidak penting berikutnya, pengutaraan pikiran dengan bingkai penguraian logika ini terlihat bersungguh-sungguh menjelaskan suatu perihal oleh karenanya meskipun ini tulisan asal menuliskan saja akan terlihat seperti betulan. Itu pendapat pribadi, sebagai persona yang berbeda sangat sah apabila berbeda pandanganya, tafadholu. Kepalanya saja berbeda, tidak ada yang mengharuskan isinya harus sama, kaidah ini berlaku general untuk semuanya dari awal tulisan sampai akhir, maupun tulisan berikutnya, jikalau ada.

Meningkat kepembahasan berikutnya, sebelumnya disinggung kaidah mengenai bagaimana sebaiknya kata-kata yang terlontar itu sebaiknya tidak menimbulkan ambiguitas dan salah tafsir apalagi kegelisahan karena salah memaknainya. Dan telah disinggung pula sebelumnya jalan keluarnya adalah dengan klarifikasi yang artinya berkomunikasi, hal ini akan kontradiktif karena jalan keluarnya justru adalah sumber masalahnya. Jadi yang seharusnya menjadi jalan keluar untuk meluruskan kesalahan komunikasi justru akan menimbulkan masalah, karena kesalahan berkomunikasi itu tidak akan pernah muncul jika tidak pernah ada komunikasi. Sampai disini memang makin kelihatan kalau isi tulisan ini tidak penting.

However, masih dilanjutkan ketidakpentingan dari tulisan ini. Sebenarnya penulis mengharapkan ending yang spektakuler untuk tulisan paling tidak penting ini. Tapi apa hendak dikata, namanya juga tulisan tidak penting. Ya sudah biarkan saja apa adanya. Let it be what it want to be. Que sera sera.

Written by Imalia Din Indriasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment here

Translate